SOLUSI PENANGGULANGAN BENCANA
KEBAKARAN HUTAN DAN TANAH LONGSOR
I.
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini masalah lingkungan semakin sering terjadi di
lingkungan kita. Banyak bencana-bencana yang terjadi terutama bencana yang
disebabkan oleh alam. Bahkan sebagian dari bencana tersebut telah menjadi
rutinitas. Bencana tersebut tidak hanya terjadi satu atau dua kali saja.
Bencana tersebut terjadi pada waktu-waktu tertentu. Salah satu contohnya adalah
bencana banjir. Di Negara kita ini, banjir telah menjadi rutinitas di beberapa
wilayah tertentu. Daerah-daerah tersebut selalu menjadi sasaran banjir terutama
saat musim penghujan tiba.
Pada makalah ini, akan penulis bahas beberapa bencana yang sering
terjadi di Indonesia. Bencana-bencana tersebut antara lain, yaitu bencana
kebakaran hutan dan tanah longsor. Telah sering kita dengar di beberapa wilayah
di Indonesia sering terjadi dencana kebakaran hutan. Salah satun contohya
adalah yang terjadi di hutan-hutan wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Selain itu tidak kalah banyak juga peristiwa bencana tanah
longsor seperti yang banyak terjadi di berbagai wilayah terutama di daerah
bergeografis tinggi dan memiliki struktur tanah yang labil.
Dari masalah-masalah bencana di atas, sudah seharusnya kita
melakukan tindakan-tindakan realistis untuk menanggulangi masalah-masalah
tersebut.
Dari makalah ini sendiri, penulis akan menguraikan beberapa
masalah bencana di Negara kita khususnya pada bencana kebakaran hutan dan tanah
longsor.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Hubungan
Ekologi Hutan Dengan Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
B. Sebab
Akibat Dari Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
C. Metodologi
Penyelesaian Masalah Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
III.
PEMBAHASAN
A. Hubungan
Ekologi Hutan Dengan Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
Tentu telah kita
ketahui banyak tentang bencana alam kebakaran hutan dan tanah longsor. Kedua
bencana alam tersebut sering terjadi di Negara kita ini.
Kebakaran hutan
merupakan bencana alam berupa terbakarnya hutan yang disebabkan oleh dua hal.
Hal pertama yaitu disebabkan oleh ulah manusia. Manusia dengan sengaja membakar
hutan untuk menjadikan hutan tersebut menjadi lahan pertanian masyarakat
sekitar. Hal kedua yaitu disebabkan oleh gejala-gejala alam itu sendiri.
Timbulnya bencana alam
seperti kebakaran hutan, banjir pada musim hujan, dan kekeringan pada musim
kemarau, tanah longsor, gunung meletus, punahnya berbagai kehidupan dari muka
bumi merupakan masalah yang berkaitan dengan keseimbangan ekologi.
Secara umum ekologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme yang satu dengan organism yang lain serta lingkungannya.[1]
Hubungan timbal
balik tersebut tentunya berlaku juga pada kehidupan manusia. Manusia
membutuhkan hutan hutan untuk memenuhi banyak kebutuhan mereka. Sedangkan jika manusia
membakar hutan tanpa mempedulikan efek sampingnya, maka bencana-bencana lain
akan muncul sebagai efek samping tersebut. Salah satu contohnya adalah tanah
longsor.
Dari penjelasan
di atas, telah kita ketahui bahwa kondisi alam dan perlakuan makhluk
terhadapnya dapat mempengaruhi kondisi alam dan kehidupan makhluk lain di
sekitarnya. Dengan demikian benarlah jika ekologi merupakan hal penting yang
mempengaruhi kondisi system ekologi itu sendiri.
B. Sebab
Akibat Dari Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
Seperti yang
telah dijelaskan, bencana alam memiliki sebab-sebab dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya. Berikut ini adalah sebab akibat dari kebakaran hutan dan tanah
longsor.
Untuk yang
pertama ini adalah sebab akibat dari kebakaran hutan.
Penyebab kebakaran hutan, yaitu:
1.
Sambaran petir pada hutan yang kering karena
musim kemarau yang panjang.
2.
Kecerobohan manusia antara lain membuang punting
rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
3.
Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar
atau awan panas dari letusan gunung berapi.
4.
Tindakan yang disengaja seperti untuk
membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru.
5.
Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah
tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim
kemarau.
Akibat/dampak dari kebakaran hutan,
yaitu :
1.
Menyebabkan emisi gas karbondioksida ke
atmosfer.
2.
Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman
baik karena kebakaran, terjebak asap, atau rusaknya habitat. Kebakaran juga
dapat menyebabkan spesies endemic/khas di suatu daerah turut punah sebelum
sempat dikenali.
3.
Menyebabkan banjir selama beberapa minggu disaat
musim hujan dan kekeringan disaat musim kemarau.
4.
Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan
terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan-kelaparan
di daerah terpencil.
5.
Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk
pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA).
6.
Musnahnya bahan baku industry perkayuan
mebet/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan
perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan pekerja
menjadi pengangguran.
7.
Meningkatkan jumlah Penderita Penyakit Saluran
Pernapasan (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi
penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi ini yang bisa menambah parah
pada penderita penyakit TBC/asma.
8.
Mengurangi produksi oksigen yang merupakan gas
yang penting bagi makhluk hidup dikarenakan berkurangnya jumlah hutan yang
menjadi paru-paru dunia.[2]
Selanjutnya,
berikut adalah sebab akibat dari tanah longsor. Penyebab dari tanah longsor,
yaitu :
1.
Erosi yang disebabkan aliran air permukaan /air
hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng
bertanbah curam.
2.
Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah
melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat.
3.
Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada
partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang
mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut.
4.
Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang
lengang, hujan lebat dan aliran-aliran debu-debu.
5.
Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan
bahan-bahan peledak dan bahkan petir.
6.
Berat bidang lereng yang terlalu berlebihan,
misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
Akibat/dampak dari tanah longsor
yaitu:
1.
Berubahnya struktur geografis tanah.
2.
Kerusakan material pada penduduk/masyarakat yang
mendiami daerah lereng-lereng yang memiliki potensial longsor.
3.
Rusaknya beberapa jenis spesies tumbuhan yang
terkena dampak longsor.
4.
Korban jiwa dari penduduk masyarakar yang
mendiami daerah lereng-lereng yang memiliki potensial longsor.[3]
C. Metodologi
Penyelesaian Masalah Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
Dari
uraian-uraian sebelumnya kita telah mengetahui sedikit banyak tentang bencana
kebakaran hutan dan tanah longsor serta hubungan antara kedua bencana tersebut.
Kita harus menyadari bahwa
bencana-bencana tersebut tidak akan menemui penyelesaian jika bukan kita sendiri yang
memulai untuk mencari solusi-solusi penyelesaian masalah ini.
Ada banyak
metodologi yang dapat kita terapkan sebagai solusi pemecahan masalah bencana
alam terutama kedua bencana yang kita bahas disini yaitu bencana kebakaran
hutan dan tanah longsor. Semua metodologi dapat muncul dari diri kita sendir
jika kita mau sedikit membuka pikiran dan hati untuk menyadari pentingnya
masalah ini. Jika kita mampu melakukan
hal-hal tersebut, tentu akan ada banyak alternatif-alternatif cara
penanggulangan bencana yang dapat diterapkan dan tentunya akan semakin kecil
kerugian mahkluk yang disebabkan oleh bencana-bencana tersebut.
Disini penulis
akan memaparkan sedikit ide tentang pemecahan masalah bencana kebakaran hutan
dan tanah longsor.
Seperti yang telah dijelaskan dalam
pembahasan sebab akibat dari kedua bencana tersebut, ternyata kedua bencana
tersebut yaitu kebakaran hutan ternyata memiliki beberpa hubungan dengan
bencana tanah longsor. Adapun hubungan tersebut antara lain yaitu:
1.
Tanah longsor disebabkan oleh aliran air
permukaan/air hujan. Jika hutan menmgalami kebakaran dan banyak spesies pohon
yang mati, maka tidak ada yang menampung air hujan yang merupakan fungsi dari
pohon-pohon tersebut. Dengan demikian air hujan akan dialirkan langsung menuju
lereng-lereng. Hal tersebut tentu dapat menyebabkan longsor pada lereng-lereng
terlebih lagi lereng-lereng yang memiliki struktur tanah yang lemah.
2.
Matinya pohon-pohon juga dapat menyebabkan tanah
;longsor secra langsung. Akar-akar pohon yang berfungsi menyangga dan
memperkuat struktur tanah, dengan hilangnya pohon-pohon tersebut, maka tidak
lagi yang menyangga dan memperkuat struktur tanah tersebut terutama di daerah
lereng-lereng. Dengan demikian struktur tanah menjadi lemah dan mudah longsor.
Dari pernyatan-pernyataan di atas,
kita ditunut untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut serta
memberikan manfaat/memberdayakan bencana tersebut menjadi sebuah lahan
penghidupan. Berikut adalah beberpa ide dari penulis untuk menyelesaikan
permasalahan bencana kebakaran hutan dan tanah longsor beserta solusinya.
1.
Kebakaran hutan yang disebabkan oleh alam tentu
saja tidak dapat kita hindari karena hal tersebut merupakan gejala-gejala alami
dari alam itu sendiri. Namun demikian kita masih dapat sidikit
mengantisipasinya.
Kebakaran hutan
alami ini biasanya terjadi disaat musim kemarau panjang terutama dipicu dari
wilayah padang sabana. Disaat musim kemarau panjang, tumbuhan yang lebih cepat
kekeringan adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang tumbuh di padang sabana
yang terletak di tepi-tepi hutan. Dengan banyaknya rumput-rumputan yang kering
saat pada musin kemarau panjang, pemicu sedikit saja dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran di padang sabana dan kemudian kebakaran dapat menjalar ke
hutan-hutan disekitarnya. Pemicu kebakaran ini salah satunya yaitu oleh
pemfokusan cahaya matahari pada benda-benda di sekitar alam tersebut.
Dari peristiwa
tersebut kita dapat membuat sebuah solusi yang dapat mengurangi intensitas
kebakaran hutan. Kita dapat memanfaatkan rumput-rumputan kering yang ada
disekitar wilayah tersebut. Ada dua alternative disini. Pertama, kita dapat
mengamabil rumput-rumputan tersebut untuk digunakan sebagai makanan ternak
masyarakat sekitar wilayah tersebut. Kedua, kita dapat memanfaatkan rumput-rumputan
tersebut untuk dibuat menjadi pupuk kompos. Dengan mencampur bahan-bahan kimia
dengan rumput-rumputan tersebut kita dapat menghasilkan pupuk kompos yang dapat
digunakan untuk memupuk tanaman sendiri atau bisa juga untuk mendapatkan keuntungan
dengan cara menjualnya.
2.
Tentang pembakaran hutan yang disengaja oleh
masyarakat sekitar wilayah bencana, sebaiknya masyarakat sekitar tidak
melakukan hal tersebut atau jika masyarakat wilayah hutan tetap melakukan hal
tersebut, maka akan terjadi hal-hal yang tentunya tidak diinginkan oleh semua
manusia.
Di sini kita dapat
meneapkan beberapa cara untuk tidak membakar hutan dengan mengalihkannya pada
kegiatan lain. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hasil pembakaran hutan
sebagai lahan pertanian baru. Namun hal tersebut justru akan menghasilkan
bencana baru yang lebih besar.
Solusi dari massalah
ini, pertama masyarakat tidak perlu membakar hutan sebagai lahan pertanian.
Masyarakat sekitar dapat mengalihkan keguatan-kegiatan pertanian di
lereng-lereng yang berada di tepi-tepi hutan. Seperti yang telah kita ketahui,
yaitu pertanian di wilayah lereng-lereng dengan memanfaatkan system terasering
atau sejenisnya. Masyarakat sekitar dapat melakukan cara yang sama dalam
kegiatan pertanian. Jika kegiatan terasering lebih mengutamakan penanaman padi,
masyarakat sekitar dapat menanam varietas tanaman lain selain padi.
Tidak sampai di sini
saja, untuk mendapatkan hasil produksi tanaman yang lebih maksimal, masyarakat
sekitar dapat menggunakan pupuk kompos yang sebelumnya telah dibuat dari bahan
rumput-rumputan tadi. Dengan denikian, kita dapat menciptakan hubungan baik
yang dapat saling member manfaat dari peristiwa bencana-bencana tersebut.
3.
Masalah selanjutnya adalah tentang aliran air
permukaan yang disebabkan oleh air hujan. Pohon-pohon di hutan yang terus
berkurang akibat pembakaran hutan menjadikan air hujan yang turun tidak ada
yang menghadang. Akar-akar pohon yang berfungsi menampung air hujan tidak lagi
mampu melakukannya akibat berkurangnya jumlah pohon. akibatnya air hujan yang
mengalir secara berlebihan dari hutan menuju lereng-lereng dapat menyebabkan
tanah longsor. Di sini kita dapat membuat sebuah solusi sederhana yang dapat
digunakan untuk menanggulangi masalah aliran air permukaan. Kita dapat membuat
parit-parit yang digunakan sebagai jalur-jalur air sehingga air dapat dialirkan
secara terarah. Dengan demikian potensi longsor oleh air permukaan dapat
dikurangi intensitasnya. Selain itu kita dapat meneruskan jalur-jalur air tersebut menuju lahan-lahan terasering
sehingga dapat kita manfaatkan untuk mengairi lahan-lahan terasering tersebut.
IV.
KESIMPULAN
Dari solusi-solusi
pemecahan masalah bencana kebakaran hutan dan tanah longsor yang telah
diuraikan penulis, ternyata didapatkan solusi-solusi yang saling berhubungan
dari bencana-bencana tersebut. Hubungan-hubungan tersebut ternyata adalah
hubungan yang saling memberi manfaat. Seperti solusi yang pertama dapat memberi
manfaat pada solusi yang ke dua. Solusi
ke tiga juga dapat memberi manfaat pada solusi yang ke dua.
Namun demikian, penulis
menyadari bahwa solusi-solusi tersebut masih jauh dari kesempurnaan dan masih
benyak kelemahannya. Solusi-solusi tersebut juga masih banyak memerlukan
perbaikan-perbaikan sehingga memberikan manfaat yang lebih optimal.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat penulis susun. Semoga
makalah ini dapat member mamfaat bagi para pembaca. Penulis juga menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca sehingga
makalah ini dapat lebih di sempurnakan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto,
2006, Ekologi Hutan, Jakarta: Penerbit PT
Bumi Aksara.
Soeriaatmadja,
R. E., 1997, Ilmu Lingkungan, Bandung:
Penerbit ITB.
0 komentar:
Posting Komentar